Sinyalgonews.com- Aina’ul Mardiyah, Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Andalas
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan Gunung merapi meletus setidaknya dua kali pada pukul 03.37 waktu setempat pada hari ini, Minggu (14/1/2024).
Abu vulkanik ini mencapai ketinggian 1.300 m dari puncaknya. Hal tersebut terjadi enam minggu setelah letusan fatal yang menelan banyak korban, menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). PVMBG melaporkan dan menegaskan aktivitas Gunung Marapi yang berada di Kabupaten Agam dan Kabupaten Tanah Datar masih tinggi, sehingga warga diminta tetap menjauhi radius 4,5 km dari Kawah Verbeek atau pusat erupsi dengan kemungkinan aliran lahar di sungai dan lembah.
Sejak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), khususnya PVMBG, menaikkan status Gunung Marapi naik dari Level II menjadi Level III, lontaran material pijar gunung itu masih berada dalam radius 4,5 km. “Pada Level III ini kami imbau masyarakat tidak masuk pada radius 4,5 kilometer karena aktivitas Marapi masih tinggi,” kata Ketua Tim Tanggap Darurat Erupsi Gunung Marapi dari PVMBG, Kristianto, di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Namun apabila lontaran material pijar tersebut sudah melewati radius 4,5 kilometer, PVMBG akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk langkah-langkah yang dilakukan untuk keselamatan masyarakat.
Pada Desember, lebih dari 20 orang tewas setelah Marapi meletus dan memuntahkan awan abu kelabu setinggi 3 km. Gunung tersebut merupakan salah satu gunung berapi paling aktif di Sumatra. Seperti yang diketahui Indonesia terletak di “Cincin Api Pasifik”, sebuah wilayah dengan aktivitas seismik tinggi di atas beberapa lempeng tektonik. Semburan abu vulkanik pada Minggu menutupi rumah-rumah di dekatnya, kendaraan dan tenda evakuasi yang didirikan oleh badan bencana setempat, menurut rekaman Reuters. Bapak Ahmad Fauzi Pohan,M.Sc yang juga merupakan salah satu dosen fisika Universitas Andalas bidang kebumian, memberikan pendapat terkait erupsi gunung api yang terjadi, dimana erupsi yang terjadi pada Gunung Marapi ini dikenal juga dengan letusan freaktik yang kerap terjadi pada gunung berapi. Tidak semua gunung mungkin mengalami letusan freaktik ini. Pada erupsi freaktik, gunung memuntahkan material debu vulkanik, namun tak melelehkan cairan magma. Sehingga erupsi freaktik ini dapat terjadi tanpa memunculkan gejala sebelumnya. Oleh karena diharapkan semua pihak selalu mewaspadai potensi/ancaman bahaya lahar yang dapat terjadi, terutama pada musim hujan. Semua pihak juga diminta menjaga kondusivitas suasana di masyarakat dengan tidak menyebarkan hoaks dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya.