PADANG, Sinyalgonews.com,— – LAKAM, Lembaga Advokasi Kebudayaan Adat Minang, kembali menegaskan komitmennya untuk melestarikan adat, budaya, dan identitas Minangkabau di tengah arus modernisasi dan globalisasi yang semakin kuat. Lembaga ini menyadari bahwa kebudayaan bukan sekadar warisan masa lalu, melainkan fondasi penting yang membentuk karakter, jati diri, dan persatuan masyarakat Minangkabau.
Ketua Umum DPP LAKAM Azwar Siri, SH, Med, CPL menekankan bahwa pelestarian budaya harus bersifat menyeluruh, menyentuh seluruh lapisan masyarakat, dan melibatkan generasi muda sebagai ujung tombak keberlanjutan adat. “Basamo kito, maju basamo. Kita harus menjaga warisan adat dan budaya sebagai identitas dan kebanggaan Minangkabau, sambil membekali generasi baru dengan nilai-nilai luhur yang bisa menghadapi tantangan zaman,” ujarnya.
Sejak berdirinya, LAKAM telah melakukan berbagai program nyata yang dirancang untuk menanamkan kecintaan terhadap budaya Minang. Program tersebut mencakup edukasi budaya di sekolah-sekolah, pelatihan seni tradisi, penguatan komunitas adat, hingga advokasi kebijakan yang mendukung pelestarian nilai-nilai lokal. Semua program ini dijalankan dengan semangat gotong royong, keterbukaan, dan partisipasi masyarakat, sehingga pelestarian adat bukan sekadar tanggung jawab lembaga, melainkan tanggung jawab bersama.
Salah satu kegiatan unggulan LAKAM adalah “Festival Adat Minangkabau” yang digelar setiap tahun. Festival ini menampilkan ragam kesenian tradisional, seperti randai, tari piring, dan musik talempong, serta pameran kerajinan tangan khas Minang. Festival ini tidak hanya menjadi ajang pelestarian budaya, tetapi juga memperkenalkan kebudayaan Minangkabau kepada generasi muda dan masyarakat luas, termasuk wisatawan. Ketua LAKAM menekankan bahwa kegiatan seperti ini penting agar generasi muda tidak kehilangan jejak budaya dan tetap bangga dengan identitas Minangkabau.
Selain kegiatan budaya, LAKAM juga aktif melakukan advokasi kebijakan terkait perlindungan budaya. Lembaga ini bekerja sama dengan pemerintah daerah, tokoh adat, dan organisasi masyarakat sipil untuk memastikan bahwa setiap regulasi, program pembangunan, dan kebijakan publik mempertimbangkan pelestarian adat dan budaya lokal. Pendekatan ini membantu mencegah tergerusnya nilai-nilai tradisi oleh modernisasi yang terkadang mengabaikan akar budaya.
Dalam konteks pendidikan, LAKAM menekankan pentingnya memasukkan pendidikan adat dan budaya ke dalam kurikulum sekolah, sehingga generasi muda tidak hanya mempelajari budaya Minang secara teori, tetapi juga merasakan, mempraktikkan, dan menghayati nilai-nilai tradisi dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan ini mencakup bahasa Minang, filosofi adat, upacara tradisional, serta nilai-nilai sosial seperti musyawarah, gotong royong, dan hormat kepada orang tua.
Ketua LAKAM menambahkan bahwa generasi baru harus dilibatkan dalam setiap kegiatan, sehingga mereka tidak hanya menjadi penerima budaya, tetapi juga pelaku dan inovator budaya. “Generasi muda memiliki peran penting sebagai penjaga dan pengembang budaya. Mereka harus tahu dari mana asalnya, apa maknanya, dan bagaimana cara menjaga sekaligus menyesuaikan budaya dengan perkembangan zaman,” ujarnya.
Selain itu, LAKAM mendorong kolaborasi antar komunitas adat di seluruh Sumatera Barat untuk memperkuat solidaritas dan pertukaran pengetahuan antar daerah. Melalui kolaborasi ini, nilai-nilai adat Minangkabau dapat diperkuat, sekaligus mendorong kreativitas dalam mengembangkan seni dan budaya agar lebih relevan dengan kebutuhan masyarakat modern.
Tidak kalah penting, LAKAM juga menekankan perlunya dokumentasi budaya. Setiap upacara adat, cerita rakyat, lagu tradisional, dan kerajinan tangan didokumentasikan melalui media cetak, digital, dan audiovisual. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa pengetahuan budaya tidak hilang seiring waktu dan dapat diakses oleh generasi mendatang. Dokumentasi ini juga menjadi sumber inspirasi bagi penelitian, pengembangan seni, dan pengajaran budaya Minang di sekolah maupun komunitas.
LAKAM menyadari bahwa tantangan terbesar dalam pelestarian budaya adalah perubahan gaya hidup, arus informasi global, dan pengaruh budaya luar yang cepat menyebar melalui media sosial. Oleh karena itu, lembaga ini juga berupaya memanfaatkan teknologi digital untuk mengenalkan budaya Minang dengan cara yang menarik bagi generasi muda, seperti melalui media sosial, video edukatif, platform digital, dan konten interaktif.
“Pelestarian budaya bukan berarti menutup diri dari kemajuan, tetapi bagaimana kita bisa menyesuaikan adat dan budaya dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan esensi dan nilai-nilainya. Ini yang kita sebut inovasi budaya,” jelas Ketua LAKAM.
Dalam setiap langkahnya, LAKAM selalu menekankan pentingnya semangat kebersamaan. Prinsip musyawarah, gotong royong, dan saling menghargai menjadi fondasi dalam setiap program dan kegiatan yang dijalankan. Hal ini sesuai dengan filosofi Minangkabau, bahwa kunci keberhasilan dalam menjaga adat adalah persatuan dan kerja sama seluruh masyarakat.
Dengan upaya-upaya yang terencana dan konsisten, LAKAM berharap budaya Minangkabau tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang, menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia. Lembaga ini ingin memastikan bahwa generasi baru tidak hanya mengetahui sejarah dan tradisi Minang, tetapi juga mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan modern, sambil tetap menjaga identitas dan jati diri Minangkabau.
Basamo kito, maju basamo! Dengan komitmen, semangat, dan kerja sama seluruh lapisan masyarakat, LAKAM optimis budaya Minangkabau akan terus hidup, relevan, dan menjadi sumber kebanggaan bagi generasi sekarang maupun generasi mendatang.
Editor: TEUKU HUSAINI
SinyalgoNews.com