Padang, Sinyalgonews.com,- Disaat rakyat Sumatera Barat sedang bergembira merayakan Hari Raya Idul Adha sambil menikmati daging Qurban, maklum rakyat dalam kondisi susah, beli sayur saja mahal apalagi beli daging, tiba tiba dikejutkan dengan berita PSU (Pemungutan Suara Ulang) untuk DPD Sumbar. Seketika berita ini menjadi viral sampai ke rantau. Orang saling bertanya tanya ada apa gerangan ?? Sebagai seorang rakyat kecil saya tentu terus bertanya tanya dalam hati, apa gerangan yang terjadi.
Wajar tentunya bila saya mencoba meraba raba berbagai kemungkinan sebab dan akibat buruk yang akan terjadi. Dan kemungkinan tersebut saya sampaikan sebagai berikut.
1. Kenapa begitu mendadak dan dipaksakan padahal pemilu sudah lama yaitu tanggal 14 Februari dan hasilnya dinyatakan 20 Maret 2024. Apa mungkin karena seseorang saja, sebut saja namanya Irman Gusman yang mantan napi yang menjalani hukuman karena khabarnya dinyatakan korupsi (maling bahasa Minangnya). Harusnya Irman Gusman ini merasa malu dan insyaf atas perbuatannya yang berlalu dan tidak lagi berambisi untuk mencalonkan diri, apalagi prestasinya sewaktu menjabat tidak ada yang menonjol alias biasa biasa saja.
2. Ataukah ada salah seorang calon terpilih yang memang tidak diinginkan oleh sekelompok orang. Mungkin karena fokalnya dalam menyampaikan kebenaran atau sering mengkritisi kebijakan pihak penguasa dan lain lain. Sehingga orang ini perlu disingkirkan sekalipun yang dia sampaikan benar.
3. Ataukah PSU ini sesuatu yang menguntungkan bagi pihak pelaksana, katakanlah dalam hal ini KPU. Sehingga KPU merasa mendapat proyek baru senilai Rp. 250.000.000.000,- (baca dua ratus limapuluh Milliar rupiah). Bandingkan dengan anggaran Pilkada Sumbar 2024 Cuma 143,9 Milliar Masing masing dari ketiga kemungkinan diatas bisa jadi mulanya hanya merupakan impian yang sulit untuk dicapai. Tetapi kemudian terhubung, duduk bersama satu meja, ternyata memiliki pandangan yang sama sehingga disebut “pucuak dicinto ulam tibo”. Kesempatan ini tidak disiasiakan maka jadilah dan PSU direncanakan, he he.
Mengingat besarnya anggaran PSU sementara rakyat banyak dalam kondisi susah disebabkan harga sembako meroket (pinjam istilah pemimpin kita). Waktu bersamaan biaya pendidikan juga meroket dan mungkin juga akan diikuti dengan kenaikan harga BBM. Maka ada salah seorang dari empat calon terpilih dengan kerelaan hati bersedia mundur, asalkan PSU tidak dilaksanakan dan dana untuk PSU tersebut diberikan/dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat, luar biasa.
Pertanyaannya, apa KPU dalam hal ini mau ??? tanpa perlu dijelaskan kita bisa fahamlah. Selain dari pada itu calon lain yang pada pemilu lalu tidak lolos ini merupakan peluang juga, kecuali kalau memang pemenang sudah ditentukan. Setidaknya menjadi pengembira saja he he.
Bagi seorang Irman Gusman tentu setiap peluang tidak disiasiakan, kita sudah tahulah sepak terjang beliau selama ini. Karena masuknya beliau sebagai tambahan (karena di Pemilu berlalu tidak ikut), maka tentu beliau bagaimanapun harus menang (malu kalau kalah nantinya
Menarik untuk disimak yaitu dari empat yang dinyatakan lolos pada pemilu yang lalu hanya seorang yang angkat bicara, semestinya yang tiga orang lainnya juga ikut gelisah, sementara nyatanya mereka diam adem saja, ada apa ya ? Apa mereka sudah merasa berada pada posisi aman ? ya tidak tahu jugalah, tetapi faktanya begitu.
Lalu bagaimana dengan yang lain di negeri ini ? Bagi yang merasa ingin bebas di kursi jabatan, tidak ingin dikritik dan lain sebagainya tentu mereka menginginkan yang terpilih itu yang berjiwa 3D. (istilah lama).
Tidak jauh jauh (baraja ka nan sudah) sebagaimana pilpres yang lalu, maka sepertinya yang akan dimenangkan sudah jelas namun perlu formalitas untuk melegalkannya.
Tidak kalah pentingnya untuk dibahas adalah hari pelaksanaannya yaitu pada hari Senin tanggal 13 Juli 2024. Kalau pada pemilu lalu KPU mengatakan jumlah pemilih hanya mencapai 74 %, bagaimana dengan PSU nanti. Saya memperkirakan akan turun drastis. Masalahnya orang tidak banyak tahu karena mendadak. Orang sudah bosan karena hasilnya sudah dapat diterka, memilih atau tidak hasilnya sudah jelas. Orang juga harus kerja karena kehidupan lagi susah, apalagi tahun ajaran baru. Bagi mahasiswa yang hidup di kota sementara memilihnya dikampung tentu akan malas pulang hanya untuk memilih.
Begitu juga dengan yang punya kesibukan diluar tempat pemilihannya harus pergi ke tempat pemilihan walau jauh.
Tetapi bagi yang betul ingin memilih, maka harus pulang ke tempat pemilihan. Untuk itu mereka perlu mengeluarkan biaya. Begitu juga mahasiswa pulang dengan biaya, libur dari perkuliahan, Bahkan semua yang tinggal bukan didaerah pemilihannya harus pulang. Anak sekolah diliburkan, pegawai baik negeri maupun swasta diliburkan. Bahkan sertiap orang yang pada hari itu ada aktifitasnya harus meninggalkan aktifitasnya.
Jadi sebenarnya PSU untuk DPD Sumatera Barat ini disamping merugikan negara juga tidak kalahnya sebuah kerugian besar bagi seluruh rakyat Sumatera Barat baik dewasa maupun anak anak, baik kerugian materil maupun non materil atau kedua duanya, hanya gara gara ambisi seseorang saja.
Oleh : Munzir Jalaluddin