Tanah Datar, Sinyalgonews.com, – Pada tanggal 27 November 2024 akan melaksanakan pemilihan bupati dan wakil bupati yang dikenal dengan pemilu kepala daerah (Pilkada). Pembicaraan tentang kepala daerah yang akan berkompetisi sudah terbicarakan mulai dari warung kopi, media sosial, media online dan cetak, serta ruang-ruang pribadi dan formal. Pemilihan kepala daerah di Kabupaten Tanah Datar kedepan mempunyai beberapa opsi. Pertama memilih Eka Putra sebagai kepala daerah dua periode, kedua memilih kepala daerah selain Eka Putra, dan ketiga belum punya pilihan.
Eka Putra SE, MM sebagai kepala daerah Tanah Datar mempunyai dua sisi mata uang di satu sisi bertabur prestasi serta capain visi misinya tetapi sisi lainnya ada kelemahan dan kekurangan selama menjabat. Sebelum mengambil sikap politik mencalonkan diri menjadi kepala daerah berkompetisi dengan Eka Putra atau bersama Eka Putra harus melihat, menimbang, serta memahami kelebihan yang dimiliki Eka Putra sebagai petahana.
Pertama Eka Putra sebagai petahana memiliki basis massa dan basis politik yang jelas, mengapa ini menjadi alasan utamanya karena kekuasaan kepala daerah yang dapatkan Eka Putra berasal dari kemenangan kompetisi pemilihan kepala daerah sebelumnya sebagai suara mayoritas. Perolehan suara Pilkada Tanah Datar pada 9 Desember 2020 Eka Putra-Richi Aprian GERINDRA-DEMOKRAT 65.318 atau 42,4% (persen), sehingga mengungguli 3 pasangan lain yaitu : Zuldafri Darma – SULTANI GOLKAR, PKS 41.929 suara (27,2 %). Jon Enardi – Syafruddin HANURA, NASDEM, PDIP, Jon Enardi 8.671 Suara (5,6%), dan Betti Shadiq Pasadigue –Edytiawarman PPP, PAN 38.199 Suara (24,8%). Calon kepala daerah kompetitor Eka Putra di pilkada 2020 terdiri dari pertama Zuldafri Darma, Zuldafri Darma adalah politisi kawakan yang mengawali karir politik di Golkar dan terpilih sebagai anggota DPRD, ketua DPD II Golkar Tanah Datar, ketua DPRD Kabupaten Tanah Datar, Wakil Bupati Tanah Datar, dan pergantian antar waktu menjadi bupati Tanah Datar . Kedua. .. Betti Shadiq Pasadigueh istri Bupati Tanah Datar dua periode 2005-2010 dan 2010-2015, dan terpilih menjadi anggota DPR RI dari fraksi Golkar 2014-2019. Serta Jon Enardi pengacara yang pernah mencalonkan diri menjadi calon bupati pada tahun 2010, saat berkompetisi dengan Eka Putra adalah pencalonan kedua kalinya.
Kedua, program kerja nyata Eka Putra yang sudah terealisasi, setelah Eka Putra SE MM terpilih menjadi kepala daerah maka seluruh energi dihabiskan untuk mewujudkan visi misi dan janji-janji politiknya. Hal ini bisa terwujud disebabkan wewenang sebagai kepala daerah serta sumber pembiayaan mulai APBD kabupaten Tanah Datar, APBD provinsi Sumatera Barat, APBN pemerintah pusat Republik Indonesia, investasi, dan sumbangan-sumbangan lainnya yang tidak mengikat. Ketika maju kembali di Pilkada “petahana Eka Putra” menceritakan kerja nyata yang sudah dilakukan dan diraih mulai dari hal-hal berbentuk fisik (pembangunan gedung, jembatan dan jalan, irigasi, pembangunan tower). Pemberdayaan (bajak gratis, satu even satu nagari, zakat, menurunkan angka kemiskinan, menurunkan stunting, menaikan IPM). Reformasi birokrasi meningkatkan pelayanan masyarakat sehingga kepuasaan masyarakat Tanah Datar 76,30% (tahun 2021), 89,11% (2022), dan 92,44% (tahun 2023) berdasarkan survey dilakukan oleh Ombusman RI perwakilan Sumatera Barat dan SAKIP. Penghargaan mulai penghargaan 11 kali berturut turut secara keuangan WTP (wajar tanpa pengecualian), Kabupaten Layak Anak kategori madya, Peringkat 1 TPID Award berturut turut untuk wilayah Sumatera, Bupati Tanah Datar Eka Putra sebagai tokoh keterbukaan informasi publik tahun 2023 dan penghargaan lainnya. Berhubungan dengan penghargaan yang menakjubkan adalah dalam 2 minggu terakhir Eka Putra diberikan tiga penghargaan sekaligus yaitu Amil Zakat Nasional (Baznas) Republik Indonesia pada Kategori Kepala Daerah Pendukung Pengelolaan Zakat Terbaik pada Baznas Award 2024 (29 Februari 2024), Adi Pura kategori kota kecil (Selasa 5 Maret 2023), dan pembebasan BPHTB dan sertipikasi tanah ulayat di Provinsi Sumatera Barat (Kamis 7 Maret 2023). Ketika pilkada berlangsung kepala daerah yang sedang menjabat lebih memahami daerah dibandingkan calon lain-nya karena day to day hidup dengan kompleksitas permasalahan daerah lalu dipaksa menyelesaikan permasalahan daerah dan berprestasi dengan segala keterbatasan. Sedangkan calon kepala daerah yang belum menjabat sebagai kepala daerah ketika ikut berkompetisi di pilkada Tanah Datar baru pada tahap menjanjikan masa depan dengan ide gagasannya.
Ketiga Eka Putra berkesempatan berkomunikasi dengan seluruh elemen masyarakat Kabupaten Tanah Datar mulai tugas kedinasan dengan PNS, guru, wali nagari dan perangkatnya. Komponen di atas salah satu penentu pemenang Pilkada walaupun undang-undang tidak memperbolehkan mereka memberikan dukungan politik tetapi mereka punya hak untuk memilih. Jumlah PNS dan guru menurut BPS (2024) “sebanyak 4.559 orang (perempuan 3.269 orang dan dan laki-laki 1.290), guru SD sebanyak 2.921 orang dan guru SMP 914” di tambah Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan Tenaga Harian Lepas (THL). Wali nagari dan perangkatnya berjumlah cukup besar ketika akumulasikan secara keseluruhan di 75 nagari yaitu 75 orang wali nagari beserta perangkat nagari minimal 8 orang, dan 395 orang wali jorong. Selain kunjungan dinas sebagai kepala daerah mempunyai kesempatan berkomunikasi langsung kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mulai peresmian-peresmian hasil pembangunan, membuka acara, undangan serta kunjungan sebagai bupati atau pribadi Eka Putra. Dalam menjalani perannya gaya komunikasi Eka Putra formal dan informal, maksudnya di posisi kedinasan Eka Putra bersikap formal dan tegas ketika memimpin rapat atau Tanah Datar mengalami permasalahan-permasalahan yang harus dijawab dan diselesaikan tetapi diluar kedinasan adalah pribadi yang renyah serta cair sambil bersantai dengan joke-joke tertentu sehingga menciptakan suasana akrab dan simpati. Salah satu kemampuan komunikasi yang dimiliki oleh Eka Putra adalah kemampuan mengingat nama dan jabatan seseorang, berdasarkan pengakuan wali jorong Koto Panjang Nagari Sungai Tarab ketika bertemu dengan bapak bupati, bapak bupati langsung duluan menyapa “Pak Ujang, Jorong” sehingga menjadi sebuah kejutan sebab nama dan jabatannya dalam ingatan pimpinan yang dia kagumi. Menurut Efriza and Jerry (2015) “politik yang dalamnya kekuasaan tidak hanya soal kemampuan mengatur negara atau daerah serta membuat kebijakan publik tetapi komunikasi politik yang mempengaruhi sikap politik publik”.
Keempat berdasarkan pernyataan dari Bonggas Adi Chandra direktur Politician Academy (2021) menyatakan bahwa “petahana atau Eka Putra mempunyai peluang memenangkan pilkada 60%-80% berdasarkan hasil pilkada di Indonesia”. Petahana mempunyai peluang kemenangan lebih besar daripada yang bukan petahana. Dalam literatur Minangkabau petahana dipahami dalam pepatah yaitu mancaliak tuah ka nan manang,” pemenang pasti telah melalui proses yang benar, kerja keras, teratur, terstruktur dan terukur untuk mendapatkan kemenangan. Dan “maambiak contoh ka nan sudah” kemenangan bagi petahana diperiode sebelumnya telah menjadi pembelajaran dengan mengetahui kelebihan dan kelemahannya untuk mengulang kemenangan itu kembali.
Pada akhirnya kekuasaan harus dibicarakan melalui ideaslime, ide dan gagasan namun idealisme, ide dan gagasan bisa diwujudkan dengan memenangkan pertarungan kekuasaan (pilkada) itu sendiri.
Referensi
Academy, Politician. 2021. “Bagaimana Mengalahkan Petahana.”
Datar, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah. 2024. Kabupaten Tanah Datar Dalam Angka. Tanah Datar: BPS Kabupaten Tanah Datar.
Efriza, and Indrawan Jerry. 2015. Komunikasi Politik Pemahaman Secara Teoritis Dan Empiris. Malang: Intrans Publishing.