Padang, Sinyalgonews.com,– Pakar pendidikan yang juga Dosen Universitas PGRI, Dr, Inoki mengatakan, saat ini masih banyak orangtua yang memaksakan kehendak untuk memasukkan anaknya ke sekolah favorit di Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Padahal, kata Inoki melalui PPDB zonasi pemerintah berharap penyebaran siswa menjadi lebih rata dan adil dan mendapatkan pembelajaran yang berkualitas.
“Padahal harapannya adalah dengan sistem PPDB dan zonasi ini sekolah-sekolah lain di-upgrade supaya kualitasnya sama dengan sekolah favorit tersebut sehingga sekolah lain pun juga menjadi tujuan daripada siswa-siswa,” kata Inoki, Selasa (23/7/2024)
Menurut Inoki, masih adanya anggapan sekolah favorit menandakan pemerintah yakni Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) dan pemerintah daerah gagal memperbaiki kualitas sekolah dan guru.
PPDB dengan konsep zonasi selama delapan tahun terakhir juga dianggap oleh banyak pihak menjadi suatu konsep yang gagal. Masalah Tak Berujung di PPDB Mengingat masih ada ketidak adilan dalam proses PPDB menggunakan nilai untuk masuk sekolah favorit. Maka dari itu, harus ada formula baru untuk sistem penerimaan. “Apa sih yang disebut favorit atau tidak favorit itu banyak, salah satunya adalah sarana-prasarana akses gurunya lalu kemudian juga mungkin ruang belajar dan lain-lain,” ujarnya.
Lebih lanjut Inoki mengatakan, masih adanya anggapan sekolah favorit membuat orangtua memilih memalsukan data agar anaknya bisa diterima saat mendaftar PPDB 2024. Karena kebanyakan pelaku yang memalsukan data justru berasal dari keluarga dengan ekonomi mampu.
“Para pelaku itu justru yang secara ekonomi sanggup untuk menyekolahkan anaknya di swasta,” kata staf Ahli Bupati Tanah Datar ini.
Masih menurut Inoki, biaya murah tidak menjadi perhatian orangtua atau menjadi sesuatu yang dituju. Tapi ada juga sebetulnya merasa sekolah itu sekolah favorit,” lanjutnya. Padahal, menurut Inoki saat ini sudah tidak ada lagi label sekolah favorit dan pemerintah ingin meratakan kualitas pendidikan melalui PPDB. Namun, pemikiran tentang sekolah favorit tetap ada sampai sekarang utamanya di orangtua hingga menghalalkan segala cara untuk memasukkan anaknya ke sekolah yang dianggap favorit.
(Marlim)