Padang, Sinyalgonews.com,— Muhammad Yasin Al-Fadani Al-Hasani yang dijuluki sebagai Syekh Musnid Dunia adalah seorang Ulama Besar pakar ilmu hadits, pendidik, dan ahli ilmu falak, keturunan Minangkabau. Beliau bernama lengkap Abu Faydl ‘Alam Al-Din Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa bin Ja’far Ash-Shadiq Al-Fadani Al-Hasani Al-Makki Asy-Syafi’i. Ia dilahirkan pada Kamis, 4 Sya’ban 1333 H (Kamis, 17 Juni 1915 M) di Mekkah al-Mukarramah, sebuah kota mulia tepatnya di kawasan Misfalah. Ia dilahirkan dari orang tua Syaikh Muhammad ‘Isa Al-Fadani Al-Hasani dan Nyai Maimunah binti Abdullah Al-Fadani, keduanya keturunan Minangkabau.
Pendidikan
Awal pendidikan Syaikh Yasin, ia mendapat pengajaran langsung dari ayahnya, mulai dari ilmu membaca Al-Qur’an, tauhid, fiqh, gramatika Arab, dan lain-lain. Berkat ibunya yang juga seorang penghafal Al-Qur’an (Haafizhah), beliau mampu menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar pada usia 8 tahun.
Syekh Yasin Al-Fadani Al-Hasani telah berguru kepada Sayyid Muhsin Al-Musawwa, Syaikh Mukhtar Utsman Makhdum, Syaikh Abdullah Muhammad Niar, dan Syaikh Muhammad Hasan Al-Masysyath selama 6 tahun di Madrasah Shaulathiyyah. Sedangkan di Madrasah Dar Al-‘Ulum, Syaikh Yasin belajar kepada Sayyid Muhsin Al-Musawwa, Syaikh Ibrahim Dawud Al-Fathani, Syaikh Muhammad Ali Al-Makki, Syaikh Zubair bin Ahmad Al-Filfulani, Syaikh Abdul Muhaimin Al-Lasemi, Syaikh Husein Ibnul Abdul Ghani Al-Falimbani, Syaikh Ahmad Al-Qishthi, dan lain-lain.
Aktifitas Ilmiah
Setelah dinyatakan lulus dari Madrasah Dar Al-Ulum, beliau diminta oleh masyayikh madrasah untuk mengajar dan menjadi mudir disana. Di samping mengajar di Madrasah Dar al-Ulum, beliau juga aktif mengajar di Masjidil Haram. Majelis taklim beliau cukup dikenal dan diminati oleh penduduk Mekkah sehingga beliau harus membuka pelajaran tambahan di rumahnya. Di samping majelis taklim yang rutin dilakukan setiap hari, setiap bulan Ramadan beliau mengkhatamkan Kutub al-Sittah. Kajian ini senantiasa beliau tekuni hingga berjalan sampai 15 tahun lamanya. As-Sayyid Abdurrahman bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Ahdal, menggugah Syair berisi pujian terhadap Syaikh Yasin Al-Fadani Al-Hasani;
أنت في العلم والمعاني فريد # وبعقد الفخار أنت الوحيد
“Engkau tak ada taranya dalam ilmu dan hakekat, Dibangun orang kejayaan kaulah Satu-satunya yang jaya.”
Guru-gurunya
Beliau senantiasa tekun menimba ilmu meskipun beliau sudah menjadi seorang guru. Beliau banyak berguru kepada ulama Timur Tengah. Adapun dalam disiplin ilmu hadits dan sanad beliau berguru kepada Syaikh Umar Hamdan Al-Mahrusi, Syaikh Muhammad Ali Husein Al-Maliki, Syaikh ‘Umar Bajunaid (Mufti Syafi’iyyah Makkah), Syaikh Sa’id bin Muhammad Al-Yamani, dan Syaikh Hasan Al-Yamani.
Dalam disiplin ilmu Usul al-Fiqih, gramatika Arab, Qawaid Al-Fiqhiyyah, Syaikh Yasin belajar kepada Syaikh Muhsin Ibnul ‘Ali Al-Falimbani Al-Maliki dan Sayyid ‘Alwi bin ‘Abbas Al-Maliki Al-Makki Al-Idrisi Al-Hasani. Dalam disiplin Ilmu Falak dan Miqat kepada Syaikh khalifah An-Nabhani.
Syaikh Yasin sangat menghormati guru-guru beliau. Karakter akhlak mulia yang dibarengi dengan kecerdasan sekaligus sifat warak mampu menjadikan beliau semakin alim. Guru-guru beliau pun mencapai lebih dari 700 orang jumlahnya. Beliau juga mempunyai kurang lebih 500 sanad keilmuan yang terkemuka. Sebegitu pentingnya sanad di mata beliau, sehingga beliau melakukan pengembaraan mencari guru sebuah ilmu yang lengkap beserta sanadnya di Thaif, Makkah, Madinah, Riyadh, maupun kota lainnya. Bahkan beliau sempat keluar Arab Saudi seperti Yaman, Mesir, Kuait dan negeri-negeri lainnya.
Karya-karya Syaikh Yasin Al-Fadani
Berbicara mengenai sanad keilmuan khususnya di Indonesia, tak bisa dilepaskan dari Syaikh Yasin Al-Fadani Al-Hasani. Beliau mempunyai kontribusi besar terhadap ulama nusantara meskipun beliau tidak menetap di Nusantara. Sebelum wafat pada tahun 1990, beliau mengijazahkan kitabnya, Al-‘Iqd Al-Farid Min Jawahir Al-Asanid yang berisi kumpulan sanad kepada para kiai pengasuh pondok pesantren di Indonesia seperti K.H. Mahrus Ali (Lirboyo, Kediri), K.H. Abdul Basyir Hamzah (Meranggen, Demak), K.H. Maimun Zubair (Sarang, Rembang), K.H. Syafiq Nabhan (Kudus), K.H. M. Cholil Bisri (Raudhatu al-Thalibin, Rembang), K.H. Abdullah Faqih (Langitan, Tuban), K.H. Syafi’i Hadzami (Jakarta), Abah Guru Sekumpul Syaikh Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari Alaydrus ( Darussalam, Martapura) dan lain sebagainya.
Syaikh Yasin Al-Fadani Al-Hasani telah menulis kurang lebih 102 kitab. Dimana 9 kitab tentang ilmu hadits, 25 kitab tentang ilmu dan ushul fikih, 36 buku tentang ilmu falak, dan sisanya tentang Ilmu-ilmu yang lain. Kitab-kitab karangan beliau itu telah banyak dijadikan rujukan oleh lembaga-lembaga pendidikan Islam baik di Mekkah maupun Asia Tenggara.
Adapun Karya-karya Syaikh Yasin Al-Fadani Al-Hasani dalam bidang Ilmu Al-Hadits antara lain: Ad-Dur Al-Mandhud Fi Syarh Sunan Abi Dawud, Al-‘Iqd Al-Farid min Jawahir Al-Asanid, Fathu Al-‘Alam Syarah Buluugh Al-Maram, Arba’un Hadithan Min Arba’ina Kitaban ‘An Arba’ina Syaikhan, Arba’un Al-Buldaniyyah Arba’un Haditsan ‘An Arba’in Syaikhan Min Arba’ina Baladan, Arba’un Hadithan Min Riyadh Al-Jannah Min Atsari Ahli Al-Sunnah, dan lain-lain.
Kitab-kitabnya banyak dibaca para ulama dan menjadi rujukan lembaga-lembaga Islam, pondok pesantren, baik itu di Arab Saudi maupun di Asia Tenggara Kitabnya yang paling terkenal: Al-Fawaid Al-Janiyyah, menjadi materi Silabus dalam mata kuliah Ushul Fiqih di Fakultas Syariah Al-Azhar Kairo.
Mengenalkan Ulama Nusantara Di Kancah Dunia
Meskipun lahir dan tumbuh di Mekkah, Syekh Yasin al-Fadani juga sering mengunjungi Indonesia. Darah nasionalisme yang mengalir dalam jiwanya memperlihatkan kecintaannya kepada Nusantara. Salah satu jasa besarnya ialah memperkenalkan tokoh-tokoh ulama Nusantara ke dunia.
Melalui pengaruh beliau, perawi-perawi Arab dan bukan Melayu mengenal istilah “Kyai” yang merupakan istilah Jawa bermakna syekh, ustadz, atau orang alim. Juga nama-nama daerah, serta tokoh-tokoh ulama Nusantara seperti Syekh Nawawi bin ‘Umar al-Bantani, Syekh ‘Abdus Samad bin ‘Abdurrahman al-Falimbani, KH. Hasyim Asy’ari dari Jombang, dan banyak lainnya.
Sederhana dan Bersahaja
Meskipun telah menjadi orang besar, Syekh berdarah Sumatera Barat ini sangatlah bersahaja dan sederhana. Ia tidak segan untuk datang ke pasar dan memikul barang-barangnya sendiri, beliau juga sering menggunakan kaus oblong dan sarung.
Satu hal yang menarik dari sosoknya adalah kesederhanaannya. Meski ia adalah ulama terkemuka yang kecerdasannya diakui dunia, ia tak segan untuk keluar masuk pasar sendiri berbelanja kemudian memikul barang-barangnya sendiri.
Ia sering terlihat mengenakan kaus oblong dengan sarung sambil nongkrong di warung teh dengan menghisap shisha, semacam rokok arab yang menjadi kesukaannya. Rumahnya pun tak pernah sepi dari kunjungan para cendekiawan dari seluruh penjuru dunia. Apalagi, ketika tiba musim haji karena ia sering mengundang ulama dunia ke rumahnya untuk berdiskusi mengenai perkembangan dunia Islam. Bahkan, Gus Dur pun pernah singgah di rumahnya.
Wafatnya
Syaikh Yasin Al-Fadani wafat pada Jumat Shubuh, tempat pemakamannya di Jannatul Mualla Kota Mekkah, 28 Dzulhijjah 1410 H pada usia 75 tahun. Kepulangan beliau disaksikan oleh 2 orang murid kesayangan beliau bernama Syaikh Mukhtaruddin al-Falimbani dan Syaikh Mhd Arief Hendrawan (Ki Ageng Purbaya).
Padang, 11 November 2024