Oleh : Sri Setiawati, Lucky Zamzami, Nursyirwan Effendi, Jonson Handrian Ginting
Estimasi jumlah pelaku LGBT di Sumatera Barat disampaikan oleh Ketua Perhimpunan Konselor VCT HIV Indonesia Wilayah Sumatera Barat, Katherina Welong. Menurut perkiranya berdasarkan hasil survei yang dilakukan, jumlah pelaku LGBT di Sumbar mencapai 14.469 orang. Jumlah tersebut merupakan angka yang secara khusus tercatat pelaku hubungan lelaki seks dengan lelaki (LSL) atau gay. Selain itu, riset juga mengungkap terdapat kurang lebih 2.501 orang waria di Sumbar.
Institusi Pendidikan yang tidak lepas dengan keberadaan isu homoseksual adalah pondok pesantren. Orangtua, pengelola dan ustadz-ustadzah wajib mengetahui perkembangan santriwan dan santriwatinya yang memasuki fase remaja. Masa remaja adalah fase peralihan menuju masa dewasa yang sangat membutuhkan perhatian. Kondisi yang demikian dapat menyebabkan berbagai masalah tentang reproduksi remaja diantaranya melakukan tindakan yang termasuk ke dalam Lesbian, Gay, Biseksual dan Trangender (LGBT).
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman gender pada remaja (santri) sebagai strategi dalam pencegahan LGBT. Hasil pangabdian didapatkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman pengelola, ustadz-ustadzah, orang tua, dan santri dalam pencegahan terjadinya masalah LGBT. Kejadian LGBT di lingkungan pondok pesantren dapat dilakukan berbagai pencegahan diantaranya melalui peningkatan pengetahuan gender pada masa remaja, agar para remaja dapat memahami siapa dirinya dan bagaimana harus berperilaku, selain itu kegiatan pemasangan poster tentang kesehatan reproduksi dan pencegahan LGBT di sekolah-sekolah pada kegiatan pengabdian selanjutnya.
Adapun tujuan pengabdian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan pengetahuan akan bahaya LGBT bagi para santriwan dan santriwati di pondok pesantren Darut Thalib di Solok
2. Mengantisipasi dampak negatif perkembangan LGBT di kalangan pondok pesantren di Kota Solok
Metode pengabdian masyarakat sebagai berikut :
Pelatihan pada seluruh peserta, yakni para santriwan & santriwati, sebanyak 80 orang yang mewakili kelas Aliyah & Tsnawiyah kalangan santri di pondok pesantren Darut Thalib Kota Solok, materi sebagai berikut:
a.. Penjelasan mengenai LGBT dan gerakan di Indonesia – memiliki pemahaman tentang pengetahuan mengenai LGBT dan gerakan di Indonesia
b. Penjelasan bahaya LGBT dalam keluarga serta kasus di Sumatra Barat – memiliki pengetahuan santriwan dan santriwati khususnya pengetahuan mengenai gejala LGBT dan strategi pencegahan di pondok pesantren
c. Penjelasan meningkatkan pencegahan terjadinya LGBT di pondok pesantren Darut Thalib di Solok
d. Membuat komitmen bersama menolak LGBT menyebar dalam kalangan pondok pesantren Darut Tholib di Kota Solok 2.
DiskusiHasil dan pembahasan
Lokasi pengabdian di Pondok Pesantren Darut Thalib di Kota Solok, merupakan salah satu Pondok Pesantren yang ada di Kota Solok, yang beralamat di Jalan KPT Bahar Hamid, Laing, Kec. Tj. Harapan, Kota Solok, Sumatera Barat. Tim kegiatan program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Kelompok Dosen dilaksanakan empat orang dosen Jurusan Antropologi dan dua orang mahasiswa. Santriwan & Santriwati Pondok Pesatren Darut Thalib yang hadir dalam program ini mencapai 80 orang. Menjadi pemateri langsung adalah Dr. Sri Setiawati, M.A yang merupakan ketua dari program ini. Karena materi ini terkait langsung dengan disertasi, pemaparan materi terasa sangat komprehensif dan berkesan. Materi disampaikan yakni :
1.LGBT sekarang Sebuah Kelompok Sosial ? 2.Dampak yang ditimbulkan dari LGBT dengan masalah kesehatan :
Evaluasi dan rekomendasi
Evaluasi kegiatan yang dilakukan dapat mencapai sasaran. Dengan evaluasi dimulai sejak kegiatan berjalan sampai kepada akhir kegiatan. Kriteria dan tolak ukur yang dijadikan patokan keberhasilan kegiatan ini adalah sebagai berikut:
a)Pemahaman akan bahaya LGBT sebagai perilaku seksual yang menyimpang dan gerakan sosial yang berbahaya bagi kalangan pondok pesantren.
b)Terbangun kesadaran bersama dalam mencegah dan menghindari bahaya LGBT di kalangan pondok pesantren
c)Peserta memahami bahwa fenomena LGBT tidak hanya sebagai perilaku seksual menyimpang tetapi juga merupakan gerakan sosial yang perlu dihindari.
d)Tekad bersama untuk tidak terlibat dalam kegiatan LGBT dan perilaku seksual menyimpang .
Rekomendasi :
1. eluruh pihak yang terkait dalam proses belajar mengajar santri harus mengupayakan observasi secara mendalam terhadap pelajar agar mengetahui rekam jejak tanda-tanda prilaku LGBT yang selama ini tidak diketahui dan merahasiakan datanya
2. Pihak Sekolah harus merencanakan kegiatan ini setiap tahun kepada pelajar yang duduk di kelas Satu Aliyah dengan mengundang institusi terkait atau mengundang pakar yang mumpuni di bidang ini.
Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan pengabdian Sosialisasi Pencegahan Bahaya Lgbt di Kalangan Santri Pada Pondok Pesantren Darut Thalib Di Solok yang dilakukan oleh dosen-dosen Departemen Antropologi Universitas Andalas, disimpulkan bahwa
1.Kegiatan ini sangat dirasakan manfaatnya terutama untuk brain storming bahwa LGBT dengan sangat jelas merusak masa depan pelajar
2.Kegiatan ini mampu menjadi media untuk munculnya benih-benih yang memungkinkan munculnya LGBT kalangan santri sekaligus santri juga mengetahui apa saja yang harus dilakukan jika melihat temannya melakukan prilaku yang terafilisasi dengan LGBT
3.Dari evaluasi yang dilakukan setelah kegiatan pelatihan tersebut menunjukkan bahwa para peserta dapat menangkap dengan cepat