Padang, Sinyalgonews.com,-– Dalam orientasi edukasi ibadah Haji dan Umrah, ustadz H.Syamsul Ma’arif, M.Pd menjelaskan tentang Rahasia Sukses Menuju Baitullah Program Haji Langsung Berangkat dengan Visa Haji Resmi tanpa Antri. Acara Edukasi Haji ini diselenggarakan di Gedung Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat, Rabu 30/10/2024 pukul 08.30 s/d 11.45 WIB
“Allah tidak MEMANGGIL orang-orang yang MAMPU, tapi Allah MEMAMPUKAN orang-orang yang TERPANGGIL untuk dapat berkunjung ke Baitullah (Ka’bah),” kata Syamsul Ma’arif selaku Pemateri edukasi Haji dan Founder Sekolah Haji Indonesia (SHI).
Selanjutnya ia menjelaskan, menurut makna bahasa, Haji berarti menyengaja atau mengunjungi, sedangkan dalam terminologi Islam, Haji itu berarti berkunjung ke Baitullah untuk melaksanakan beberapa amalan-amalan seperti Wukuf di Arafah, Thawaf, Sa’i, serta amalan lainnya pada masa tertentu untuk mendapatkan pahala dan ampunan dari Allah SWT. Keseluruhan rangkaian pelaksanaan ibadah haji itu dilakukan di Arab Saudi, sehingga siapapun yang berangkat kesana tentulah orang yang mampu dan memiliki bekal materi yang cukup.
“Bila anda fokus mendengarkan penjelasan saya ini, kemudian anda langsung berniat dan bersungguh-sungguh akan melaksanakan ibadah Haji atau Umroh, ada 2 kemungkinan saja yang bakal terjadi
1) Anda mempunyai kesempatan bisa melaksanakan keinginan ibadah Haji & Umroh.
2) Anda tidak mempunyai kesempatan untuk melaksanakan keinginan ibadah Haji & Umroh.
Kemudian Syamsul Ma’arif mengatakan, untuk memahami bahasa “punya kesempatan” atau “tidak punya kesempatan” dalam hal ibadah Haji & Umroh, kita cukup mengingat contoh nyata “Tukang Becak Naik Haji” , “Penjual Gorengan Naik Haji setelah Menabung selama 20 tahun” , atau sinetron “Tukang Bubur Naik Haji”. Kemudian… lihat teman atau tetangga kita yang mampu beli mobil Rp.100juta ~ Rp.500juta, hingga 1 milyar, tapi belum menunaikan ibadah Haji juga walau ongkos haji hanya berkisar Rp.96 jutaan. Begitulah rahasia ibadah Haji….
“Banyak orang yang mampu(kaya raya), tetapi tidak sempat.
Ada yang sempat, tetapi ia tidak mampu..Ada lagi yang sempat dan mampu (kaya raya), tetapi tidak sehat(sakit akut yang lama),”ujarnya.
Ada juga yang mampu, sempat dan sehat, tetapi harus menunggu antri 15 tahun lagi.
Ada yang mampu, sempat dan sehat, tetapi hatinya tidak tergerak untuk berHaji maupun berUmrah dengan berbagai dalih yang dibuatnya.
Lalu pada para peserta yang hadir 115 orang tersebut ia mengajukan pertanyaan. Ibadah HAJI/UMRAH itu Panggilan, Dipanggil, atau Terpanggil ?
Allah sudah menyebarluaskan panggilan atau undangan ini kepada seluruh umat manusia. Undangan ini sudah dibuat oleh Allah dan disebarluaskan untuk hambaNya sejak ribuan tahun lalu oleh Nabi Ibrahim AS dan dilanjutkan oleh Rasulullah SAW, undangan ini akan tetap ada sampai akhir zaman.
“Panggilan yang satu ini adalah sebuah “inisiatif” yang didasari keimanan dan taqwa, yang ‘mengharuskan’ diri untuk mau hadir, ‘harus’ bisa hadir, ‘harus’ merasa tidak enak jika tidak hadir. Memang benar-benar tidak ada pilihan lagi bagi yang berkesempatan. Harus hadir. Urusan undangan yang satu ini kaitan tanggung jawabnya lebih berat daripada sekedar ‘tidak enak’ pada si Pengundang. Tidak semudah itu pula lantas kita ‘bisa’ menghubungi si Pengundang dan dengan enteng memohon maaf atas ketidak hadiran kita karena bermacam alasan-alasan tertentu,”ujarnya.
Mengerjakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.”(QS.3 Ali ‘Imraan :ayat 96-97)
“Jadi Allah memanggil dan diri kita dipanggil, tetapi hanya “sebagian” saja dari kita yang “terpanggil”. Itu semua tergantung respon kita setelah menerima panggilan.”
“Saya pikir kurang tepat apa yang kita lakukan ketika ada orang yang mau berangkat menunaikan ibadah Haji/Umrah kita ngomong (titip pesan) “nanti nama saya di panggil / di sebut ya…..” karena sebenarnya bukan kapasitas manusia (jama’ah) untuk melakukan panggilan ini,”kata Syamsul Ma’arif.
Cukuplah kita minta didoakan saja sesuai apa yang kita harapkan, karena sesungguhnya sebagai insan kita mesti saling mendoakan dalam kebaikan.
BELUM ADA PANGGILAN
“Saya sebenarnya kurang setuju dengan penyebutan Haji adalah “Panggilan Allah” atau dengan alasan “Belum Ada Panggilan”. Dengan penyebutan “panggilan Allah” itu kok kayaknya mengesankan bahwa, Allah itu pilih kasih kepada hambanya. Lah apa itu berarti orang yang belum haji itu bukanlah orang pilihan? Bukanlah orang-orang yang disukai Allah ? Apakah Allah lebih memandang orang yang berhaji itu lebih mulia daripada mereka yang belum haji itu? Apakah Allah sama sekali tidak melihat niat dan usaha hambaNya itu untuk bisa berangkat ke tanah suci ?”
Allah itu pasti suka kepada semua hamba yang beribadah kepadaNya, dan itu tidak terbatas hanya kepada ibadah haji saja. Allah pasti juga suka kepada mereka yang melaksanakan sholat, puasa dan ibadah lainnya, asal dengan satu syarat, bahwa semua itu dilakukan benar-benar niat karena Allah, bukan karena pamer atau niat lainnya.
Jadi istilah “Haji itu panggilan Allah” akan lebih tepat bila diganti dengan “Haji adalah atas izin Allah”.
KEINGINAN YANG KUAT
“Yakinlah bahwa Allah tidak memanggil orang-orang yang mampu, tapi Allah memampukan orang-orang yang terpanggil,”tegasnya.
Untuk bisa menjadi yang “terpanggil” niat saja tidak cukup. Harus dengan “niat dan keinginan yang kuat” yang dimanifestasikan dalam tindakan kita. Berdoa setiap waktu dan mengerahkan segenap tenaga dan usahanya untuk bisa pergi ke Baitullah.
Keinginan yang kuat akan menuntun kita ke jalan menuju Baitullah. Kalo ternyata sampai menjelang ajal kita belum bisa merealisasikan niat dan keinginan kuat kita untuk mengunjungi Baitullah dengan berbagai alasan, kita masih ada peluang untuk berhaji yaitu anak cucu kita yang akan menghajikan.
BELUM SIAP
Jika kita lahir dan dibesarkan sebagai seorang muslim, bukankah kita sudah disiapkan sejak dini ? Bukankah rukun Islam adalah syahadat, sholat, zakat, puasa ramadhan dan haji ? Jika Islam diibaratkan sebagai sebuah bangunan, maka Rukun Islam merupakan tiang-tiang penyangga utama bangunan itu. Bangunlah tiang-tiang itu dan mulailah dari yang paling bisa dan memungkinkan untuk dibangun. Sejak dini semestinya kita juga sudah harus siap-siap menyediakan material-material yang diperlukan untuk membangun tiang-tiang tersebut. Namun kenyataannya banyak yang sekedar atau bersungguh-sungguh membangun 4 tiang utama dan mengesampingkan 1 tiang utama itu.
ANTRIAN HAJI PANJANG
“Semua rangkaian ibadah Haji adalah mengandalkan fisik. Usia semakin tua semakin berat melaksanakan ibadah haji. Maka lebih afdhal ibadah haji dilaksanakan selagi muda dan sehat, sehingga bisa melaksanakan semua rukun, wajib dan sunnahnya berhaji,”katanya.
Sudah menjadi sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa pada saat ini ibadah haji di negara Indonesia menjadi suatu ibadah yang sulit untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan adanya “waiting list” yang sangat banyak, sehingga masa tunggu untuk pemberangkatan haji menjadi sangat lama.
“Kalau hari ini anda langsung ke Kantor Depag untuk Daftar Haji, saya pastikan bahwa anda punya kesempatan berangkat haji 15 tahun lagi. Ya… 15 tahun lagi. Bahkan ada wilayah yang daftar tunggunya sudah sampai 20 tahun lebih. Berapa umur anda sekarang ? Kalau tidak daftar haji sekarang mau berangkat kapan? Inilah yang menjadi renungan umat Islam yang ada di Indonesia, sebab untuk mau pergi haji saja mesti antri 10-25 tahun lamanya, bahkan bisa jadi bisa lebih lama lagi.”
Hampir bisa dipastikan, karena antrian panjang haji orang akan beralih ke Umroh (haji kecil). Orang yang Umroh akan meningkat pada tahun-tahun mendatang. Perkembangan ekonomi Indonesia yang relatif stabil meningkatkan jumlah kelas menengah “middle class” Muslim. Pada saat yang sama, memberikan peluang lebih besar bagi kelas bawah “lower class” untuk menabung guna membiayai perjalanan naik haji atau umrah. Karena itu pula, jumlah Muslimin-Muslimat yang berniat naik haji dan umrah juga bakal berlipat ganda. Bisa jadi nanti pergi umroh pun menjadi sulit dan harus masuk daftar “waiting list”, karena visa Umroh pun terbatas jumlahnya.
PERAHU HARAMAIN
Secara harfiah adalah singkatan dari PERHIMPUNAN ANGGOTA HAJI DAN UMROH dan HARAMAIN (Dua Tanah Suci) adalah asosiasi atau perkumpulan para agen2 Tour & Travel yang bergerak dalam bidang bisnis jasa pelayanan dan penyelenggaraan haji dan umroh yg terdiri dari anggota biasa, yaitu Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah(PPIU) dan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus(PIHK) dan anggota luar biasa Biro Perjalanan Wisata (BPW) atau non PIPU/PPIHK.
Kemudian Syamsul Ma’arif menjelaskan, ada hal yang penting untuk kita ketahui dan pahami bahwa,
1. PPIU (Perusahaan Penyelenggara Ibadah Umrah) berijin resmi sebagai penyelenggara umroh dari Kemenag.
2. PPIHK (Perusahaan Penyelenggara Ibadah Haji Khusus) berijin resmi dari Kemenag sbg penyelenggara haji khusus.
3. BPW (Biro Perjalanan Wisata) belum berijin haji dan umroh.
Selanjutnya ia menerangkan tentang Ruang Lingkup Perahu Haramain adalah
1. Edukasi perjalanan ibadah haji Mujammalah.
2. Penyedia jasa, handing dan layanan fasilitas akomodasi haji mujammalah.
HAJI MUJAMMALAH
Adalah perjalanan ibadah haji yg menggunakan visa haji undangan dari Kerajaan Arab Saudi yg legal dan diakui oleh Undang2 No 8 Thn 2019 tentang penyelenggaraan haji dan umroh diluar kuota haji resmi pemerintah Indonesia yang penyelenggaraannya oleh PIHK atau PPIU yang bekerjasama dengan PIHK.
“Proses dan pengajuan Visa Mujammalah undangan kerajaan Arab Saudi bersumber dari Kedutaan Besar Arab Saudi atau syarikah2 (perusahaan) tertentu di Arab Saudi yg berafiliasi kepada Kementrian Haji Arab Saudi,” katanya sebagai penutup.
(MAH