Jakarta, Sinyalgonews.com, – Yayasan Relief Islami Indonesia menggandeng sejumlah stakeholder untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap bencana megatrust di Indonesia. Menurut kajian Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Indonesia memiliki 13 zona megatrust dengan potensi terbesar Magnitudo 8,9.
CEO Yayasan Relief Islami Indonesia Nanang Subana Dirja mengatakan, masyarakat harus dibekali pemahaman dan kesadaran terkait bahaya megatrust. Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah komunikasi mitigasi risiko bencana dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama.
“Kali ini yang kami sasar adalah para tokoh agama dan juga tempat ibadahnya. Jadi bagaimana para tokoh agama bisa menyadari dan memahami secara pas, agar mereka bisa mengajak umatnya melakukan kesiapsiagaan,” ujar Nanang dalam acara “Talkshow Peran Tokoh Agama dan Rumah Ibadah dalam Kesiapsiagaan Bencana Indonesia, di HK Tower, Jakarta, Jumat (13/9/2024).
Nanang mengatakan, pihaknya tidak hanya menggandeng tokoh agama dari kelompok mayoritas Islam saja. Tetapi juga menghadirkan tokoh-tokoh agama dari Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha.
Sementara itu, hingga pertengahan 2024, BMKG telah memfasilitasi 10 komunitas Siaga Tsunami di Indonesia. Hal itu disampaikan Penanggung Jawab Diseminasi Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Septa Anggraini dalam panel diskusi.
Sebagai informasi, megatrust adalah zona sumber gempa yang terjadi antara pertemuan lempeng samudra dengan lempeng benua. Untuk mengantisipasi kejadian tsunami, BMKG merilis sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) sebagai sistem peringatan dini tsunami.
“BMKG memiliki target dalam waktu tiga menit informasi peringatan dini itu harus tersampaikan ke masyarakat. Untuk mengejar ‘golden time’ tsunami sampai ke daratan sehingga bisa digunakan masyarakat untuk menyelamatkan diri,” kata Septa.
Di samping itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menerbitkan surat edaran imbas ramainya isu megatrust di Indonesia. Direktur Mitigasi Bencana BNPB Berton Panjaitan menekankan pentingnya melibatkan unsur keagamaan dalam membangun ketangguhan bencana.
“Kenapa penting? karena tokoh agama sangat dihormati di masyarakat, ketika mereka menyampaikan sebuah pesan biasanya masyarakat akan megikuti. Tokoh agama itu memiliki posisi strategis, edukatif, dan psikologis untuk membangun kepercayaan masyarakat di tengah bencana,” ucap Berton. (MAH)